Nats:(1 Raja.17:1-24)
Siapa kita? Kita bukan siapa-siapa. Demikian banyak jawaban orang jika ditanya tentang keberadaan diri saat ditanya. Jawaban itu di satu sisi menunjukkan sikap rendah hati. Di sisi yang lain menunjukkan bahwa ada orang yang lebih hebat dari dirinya. Jawaban itu wajar saja. Mengingat situasi dan kondisi yang ada. Tapi kalau pertanyaan ditujukan kepada orang beriman jawabannya selalu ada tambahannya. Siapa Kita? Kita bukan siapa-siapa jika Tuhan tidak berpihak kepada kita.
Nabi Elia dan janda di Sarfat bukanlah siapa -siapa. Dalam kehidupan yang tidak mudah yang diperhadapkan kepada mereka, mereka selalu menemukan jalan keluar. Mengalami mujizat Tuhan dalam kehidupan. Elia di saat terjadi kekeringan memerlukan air dan makanan. Janda di sarfat demikian juga. Ia dan anaknya tidak memiliki persediaan makanan. Kalau pun ada hanya tersisa segenggam tepung dan sedikit minyak dalam buli-buli. Hanya untuk sekali makan selesai. Kelaparan dan kematian yang mengintainya. Lihat cara Tuhan menyelamatkan mereka. Kalau nabi Elia dan janda di Sarfat mengalami kebaikan Tuhan, orang beriman kepada-Nya pun akan megalami. Tuhan punya cara untuk kita semua.
Apa rahasianya? Jawabnya ketaatan yang penuh. Perhatikan Elia saat diminta pergi ke tepi sungai Kerit dipelihara Tuhan melalui mata airnya yang bisa diminum dan melalui burung gagak mendapatkan roti dan daging(ay.1-6). Mata airnya mengering. Elia diminta pergi ke Sarfat. Ia pergi dan dipelihara melalui seorang janda di Sarfat(ay.7-14). Janda di Sarfat terpelihara karena ketaatannya (ay.15-16). Bahkan saat anaknya sakit keras dan meninggal , janda di Sarfat mengalami mujizat anaknya hidup lagi (ay.15-24).
Setiap orang yang percaya kepada-Nya sering diperhadapkan dengan situasi yang tidak mudah. Tuhan punya cara untuk kita untuk dapat melewati semuanya itu dengan baik. Tidak ada jalan buntu. Selalu ada jalan. Tuhan hanya meminta kita untuk taat itu sudah lebih dari cukup. Maukah kita taat kepada Tuhan. Jangan hanya tau menuntut tetapi jauh dari ketaatan.